INDIMANADO.COM, SULUT - Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Sulawesi dan Maluku (P3ESM) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLH) terus berupaya meningkatkan kualitas indeks lingkungan hidup daerah aliran sungai (DAS) Tondano.
Dalam rangka meningkatkan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) DAS Tondano, P3ESM menggelar pertemuan dengan bekerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) dengan melibatkan sejumlah LSM pemerhati lingkungan.
Menurut persentasi Azri Rasul, Kepala Bidang Evaluasi dan Tindaklanjut Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Sulawesi dan Maluku (P3ESM) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLH), indeks kualitas air Sungai Tondano memasuki kondisi menghawatirkan. Hal ini diakibat tingginya coliform fecal (bakteri bakteri indikator pencemar bakteri patogen), total coliform (Total coliform termasuk bakteri yang ditemukan di dalam tanah, di air yang telah dipengaruhi oleh air permukaan, dan di kotoran manusia atau hewan) dan E Coli/Escherichia coli (spesies utama dalam kelompok coliform fecal).
"Kelihatan disitu sampai puluhan ribu, padahal standarnya fecal coliform cuma 1000, kemudian totalnya cuma 5000," ujarnya disela pertemuan di Ruang Rapat C J Rantung, Kamis (26/7).
Lanjutnya, ditahun 2016 total coliform naik sampai belasan ribu bahkan totalnya sampai 24.000. Angka ini menurut Kabit Azri Rasul sangat tinggi.
"Ada apa, kenapa sampai tinggi sekali ? Inilah yang kita coba menelusuri penyebap sampai naik kosentrasi dari parameter itu apa saja ? Nah, Kita sudah petakan data sumber, tinggal kita melihat bagaimana keterkaitan antara keberadaan sumber dengan turun dan naiknya parameter atau kosentrasi E Coli di Sungai Tondano," terangnya.
Sejauh ini menurut Azri Rasul penyebapnya karena banyaknya pemukiman penduduk serta perternakan yang berada di daerah aliran sungai (DAS), yang korelasi E-Coli sendiri berasal dari kotoran ternak, kotoran manusia.
"Kita belum ada penelitian keterkaitan antara keberadaannya dengan DAS Tondano, tetapi kalau dia berada dalam sistim DAS itu pasti airnya ujung-ujunnya ke Sungai," tandasnya.
Karena itu lewat pertemuan tersebut, dia mengharapkan stekholder, LSM, pemerintah, utamanya pemerintah desa bersama memikirkan masalah DAS Tondano.
"Ini yang akan dilihat, bagaimana kita menyelesaikan masalah ini. Mungkin ada tindakan aksi, atau tehnologi, bagaimana mengelola limba-limba ini agar aman dari sisi lingkungan untuk dibuang ke lingkungan," pungkasnya.
(alfa jobel)