 |
| Perwakilan orang tua murid dari Bunaken saat di Kantor DPRD Kota Manado. Foto istimewa |
Bentuk penolakan ini, Rabu (22/6/22), orang tua murid yang berdomisili di Pulau Bunaken ini mendatangi Kantor DPRD Kota Manado menyampaikan keberatan mereka.
Perwakilan puluhan orang tua murid membawa surat yang ditanda tangani mayoritas orang tua murid.
Ferdinand Panotongan, wali murid mengungkapkan kekecewaan mereka. Menurutnya, penggabungan sekolah tidak mempertimbangkan lokasi. Mereka menilai lokasi SD Negeri 01 Bunaken kurang lokasi representatif.
”Kalau ada yang bilang masyarakat Bunaken dan orang tua murid setuju penggabungan sekolah itu bohong. Faktanya semua orang tua murid tidak setuju SD Inpres dibongkar, yang layak itu SD 01 digabung dengan SD Inpres, bukan sebaliknya, karena SD Inpres ruang kelas dan halamannya lebih luas,” ungkap Panotongan.
Hal lain juga disampaikan Zulkifli Burahima, wali murid. Ia menilai kebisingan, banjir dan genangan bukan alasan tepat SD Inpres harus dibongkar dan digabung ke SD 01 Bunaken.
“Alasan kebisingan, banjir dan genangan air bukan jadi solusi merger 2 sekolah ini, pemerintah semestinya mencari solusi lain seperti membuat gorong-gorong dan sebagainya. Jadi kami warga bunaken tidak setuju dengan kebijakan penggabungan sekolah ini,“ ujar Zulkifli.
Adapun mekanisme penutupan SD Inpres Bunaken menimbulkan opini tidak wajar di masyarakat, terlebih khusus orangtua/wali murid. Informasi yang dihimpun, pihak terkait atau Dinas Pendidikan Kota Manado tidak pernah memberikan sosialisasi menyeluruh tentang alasan, dan syarat penutupan sekolah SD Inpres untuk di merger dengan SD N egri 01 Bunaken.
Sampai berita ini diturunkan pihak Dinas Pendidikan Kota Manado belum bisa dimintai keterangan, bahkan terkesan acuh tak acuh dengan persoalan ini. (Alfa Langkai)
