Kegiatan tersebut melibatkan jurnalis dan aktivis sebagai peserta, yang dalam pekerjaan sehari-hari mereka dihadapkan pada risiko yang tinggi. Para peserta diberikan materi yang disiapkan khusus untuk membantu meningkatkan kinerja mereka serta memberikan berbagai cara untuk menjaga keselamatan diri di tengah konflik yang berpotensi membahayakan jurnalis dan aktivis.
Tidak hanya membahas tentang keselamatan fisik, peserta juga mendapatkan pemahaman tentang keamanan digital. Hal-hal seperti doxing, phishing, cyberbullying, dan manajemen stres menjadi bagian dari materi pelatihan.
"Aktivis Denny Taroreh mengungkapkan, 'Pelatihan ini sangat membantu saya sebagai seorang aktivis dalam menjalani pekerjaan sehari-hari. Resiko dapat muncul kapan saja dan pelatihan ini memberikan banyak hal yang bisa dipelajari, termasuk cara memitigasi resiko untuk menghindari masalah.'"
Sekretaris SIEJ, Bambang Muryatno, menjelaskan dalam materi Manajemen Risiko bahwa setiap jurnalis dan aktivis memiliki potensi mengalami risiko keselamatan. "Mitigasi risiko perlu dilakukan, dan dalam pelatihan ini, peserta diajarkan bagaimana memanajemen risiko melalui mitigasi. Meskipun tidak semua masalah dapat dihindari, langkah mitigasi setidaknya dapat mengurangi dampaknya," ujarnya.
Irzal, salah satu peserta jurnalis, mengungkapkan bahwa kegiatan Safety Holistic merupakan peluang berharga bagi setiap peserta karena memberikan pemahaman tentang manajemen risiko, manajemen stres, dan teknik social engineering. "Materi yang disajikan sangat bermanfaat, terutama cara memitigasi risiko dan mengamankan data. Ini sangat relevan mengingat banyaknya masalah data digital yang sering dihadapi oleh masyarakat Indonesia," tutupnya. (Alfa Jobel)