Ketua Dekranasda Bitung, Ny.Rita Mantiri Tangkudung ST ditunjuk menjadi utusan perwakilan Dekranasda Sulawesi Utara bersama Dekranasda Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Minahasa Tenggara, Kota Manado, dan Kotamobagu.
Kehadiran rombongan dekranasda Sulut pada event tersebut disambut langsung Ketua Dekranasda Provinsi DIY, Gusti Kanjeng Ratu Hemas yang ditandai dengan pertukaran cinderamata.
Penunjukan Bitung sebagai utusan Provinsi Sulut pada ajang ini, karena Bitung satu-satunya Kabupaten/Kota di Provinsi Sulut yang sudah memiliki Galeri Dekranasda dengan nama Galeri Bitung Sepakat yang telah menampung, mempromosikan serta memasarkan produk-produk pengrajin UMKM dari Kota Bitung.
Tidak heran, Booth Dekranasda Bitung pada event ini all out mempromosikan Inovasi Produk Kriya (Kerajinan Tangan), Wastra (kain tradisional) dan produk olahan Makanan berbahan dasar Ikan Cakalang dan Tuna khas Kota Bitung.
Salah satu produk unggulan yang di branding kali ini adalah Batik Bitung yang telah bersertifikat HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual), pada event ini telah di kemas dalam desain pakaian jadi dan diperkenalkan dalam bentuk peragaan busana oleh Putra-Putri Bitung 2023.
Hal ini menjadi menarik, karena Jogya, tempat dimana Batik Bitung dan Kriya Bitung lainnya dipamerkan, adalah Kota berlabel "Kota Batik Dunia", sehingga ini adalah momen yang tepat bagi Dekranasda Bitung untuk memperkenalkan nilai estetik atas kerajinan, budaya, ide, dan kreatifitas masyarakat Kota Bitung ke kancah Nasional khususnya Batik Bitung yang bisa berpeluang menjaring investasi dalam perkembangan dunia industri ekonomi kreatif.
Terbukti, sejak hari pertama dibukanya Gebyar Kriya, desain Batik Bitung yang telah memiliki hak cipta ini, telah menarik perhatian Ketua Dekranasda Pekalongan Hj Inggit Soraya untuk menyambangi Galeri Bitung Sepakat.
Sebagai Ketua Dekranasda yang Kotanya selama ini sudah terkenal dengan sentra industri batik dan Museum Batiknya, istri dari Walikota Pekalongan H Achmad Afzan Arslan Djunaid SE ini berbagi pengalaman tentang bagaimana pola desain corak Batik khas suatu daerah, bagaimana memproses produksi massal Batik juga bagaimana menentukan harga agar bisa lebih terjangkau serta bagaimana strategi promosi bisa dilakukan untuk Batik Kota Bitung.
Memang Gebyar Seni Kriya Nusantara ini selain menjadi sarana publikasi dan promosi hasil seni kriya, inovasi dan pengalaman para pelaku usaha Seni Batik dari berbagai daerah di Indonesia, diharapkan akan menambah dan meningkatkan wawasan para pengrajin daerah.
Dekranasda Bitung sendiri telah memanfaatkan peluang pada ajang ini dengan menghadirkan langsung pengrajin binaan Dekranasda Bitung seperti Smalty Tatambihe (Akarmina ), Chris (Rumah Pasir), Holly Muhaling (Kartika Lembeh), Meity (TaliKur) beserta berbagai produk-produk kerajinan Bitung lainnya sebagai sarana promosi.
Hal senada juga di ungkapkan Koordinator Bidang Pameran Dan Promosi Luar Negeri Dekranasda Kota Bitung, Melda Sidangoli PhD.
"Pada Prinsipnya 'Kriya Nusa' yang berarti Kerajinan Nusantara perlu melaksanakan pameran kriya, karena bentuk promosi yang diperlukan untuk mengenalkan kerajinan adalah dengan langsung melihat, memegang dan menyentuh kerajinan yang ada sehingga diterima dan disukai" ujar wanita lulusan Southern Cross University Australia tersebut.
Sementara itu, Smalty pemilik Akarmina Handicraft mengungkapkan bagaimana pameran Kriya ini telah memberikan sumbangsih ide dan wawasan untuk inovasi desain dan strategi penjualan produk bagi para pengrajin.
"Terimakasih banyak untuk Ibu Ketua Dekranasda Bitung, karena saya dapat mengikuti Kriya Nusantara di Jogjakarta ini. Di hari pertama saya sudah mendapat banyak wawasan dan inovasi mengenai desain produk yang nantinya bisa saya terapkan di Kota Bitung. Kami pengrajin juga bertemu dan bertukar informasi dengan pengrajin pengrajin dari daerah lain, mereka tidak segan- segan membagikan pengetahuan yang mereka miliki terutama mengenai penjualan, promosi luar negeri, serta mendapatkan ide untuk berkarya lebih baik lagi," aku Smalty.
(Ridho L Tobing)