Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto didampingi Ketua Bappilu PDIP Sulut, Drs Steven OE Kandouw dan Ketua DPC Minsel, Franky Donny Wongkar. |
Hasto mengakui bahwa Provinsi Sulut bukan hanya sekadar basis PDIP, melainkan juga memegang peranan penting sebagai pintu kemajuan di Samudera Pasifik. “Sulut bukan hanya sekedar basis dari PDI Perjuangan, tetapi di sini juga menggemakan Landmark dari Bung Karno untuk menjadi pintu kemajuan di Samudra Pasifik yang sangat penting bagi masa depan,” ucapnya.
Sulut dianggap sangat strategis secara geopolitik karena menjadi pintu kemajuan Indonesia di Samudera Pasifik. Dalam strategi pemenangan menjelang H-24, Hasto menekankan fokus pada gerakan door to door, turun ke bawah untuk memperkuat akar rumput dan menyampaikan kontribusi Ganjar-Mahfud kepada rakyat.
“Pak Prabowo bukanlah Pak Jokowi. Tetapi Ganjar adalah pemimpin rakyat, pemimpin wong cilik, pemimpin yang berasal dari kita bersama,” sebutnya.
Hasto menyoroti Ganjar dan Mahfud sebagai perpaduan pemimpin yang energik dengan fokus pada program-program ekonomi untuk menciptakan lapangan kerja. Mereka berkomitmen menuntaskan kemiskinan dengan program KTP Sakti dan mengedepankan rancangan ekonomi dalam membangun Indonesia yang unggul.
Dalam Rakerda ini, PDIP Sulut menetapkan target suara yang diharapkan dapat tercapai baik untuk pileg maupun pilpres di tingkat kabupaten/kota dan provinsi. Hasto menegaskan bahwa Sulut, sebagai basis PDIP yang memiliki kekuatan nasionalis Soekarnois, akan menjadi modal penting, termasuk dukungan untuk Ganjar di Jateng, Jatim, Bali, dan Lampung. (*/Ajl)