Istimewa |
Sekprov mengatakan dengan melibatkan pemuda pada penyusunan rencana aksi daerah, indeks pembangunan kepemudaan di Sulut dapat meningkat.
“Pemuda memiliki peran strategis dalam menentukan arah bangsa ke depannya,” ungkapnya.
Ia menuturkan, semangat kepemudaan beranjak sejak masa kolonial, dimana organisasi Budi Utomo adalah awal kebangkitan pemuda melawan apa yang disebut kemiskinan, keterpurukan dan ketidakberdayaan.
Nilai politis kepemudaan melahirkan cita-cita luhur yakni penghapusan korupsi, kolusi, nepotisme (KKN), Penegakan Hukum dan Amandemen Undang Undang Dasar 1945.
“Artinya keberadaan pemuda berevolusi di setiap keberadaaan bangsa kita,” ujar Sekprov
Menurutnya, era digitalisasi saat ini pemuda menghadapi tantangan dan hambatan, apalagi merebaknya ideologi Transnasional.
Meski demikian, tak bisa dipungkiri era digitalisasi membawa nilai positif melalui tools-tools dan aplikasi di platform media sosial.
“Pemahaman ideologi Transnasional yang menghasut pemuda-pemuda kita. Tapi banyak peluang di era digitalisasi ini, itulah ekonomi digital misalnya unicorn, pembangunan marketplace,” jelasnya.
“Mereka memahami dan mengerti teknologi digital ini untuk bertransaksi, membuat market place baru, terjadi distribusi barang dan menghasilkan peluang ekonomi,” sambungnya.
Ia berharap di era digitalisasi peran pemuda khususnya di media sosial tidak menimbulkan dampak buruk penyebaran informasi palsu (hoaks).
Informasi di media sosial harus disaring terlebih dahulu agar menciptakan arus informasi yang valid dan mampu dipertanggungjawabkan kebenarannya.
“Bagaimana jika memanfaatkan medial sosial sebagai media bersosialisasi, sebagai media informasi dan tidak menyebarkan hoaks,” harapnya. (**/Ajl)