Festival Panggung Rakyat 'Reklamasi Bukan Solusi' Warnai Daseng Karangria |
Lagu-lagu yang dinyanyikan oleh para aktivis lingkungan mengandung pesan mendalam tentang pentingnya menjaga laut dan ekosistemnya. "Kami berdiri tolak reklamasi, belajar bersama alam, belajar tuk mengenal mahluk, belajar tuk mengenal laut, belajar tuk mengenal ikan, belajar untuk menjaganya, laut butuh cinta," demikian bunyi penggalan bait lagu yang dinyanyikan.
Selain itu, atraksi cakalele, tarian Hasa yang sudah menjadi khas masyarakat Karangria, menambah warna festival ini dengan menari di pinggir pantai. Ketua Panitia Festival Tolak Reklamasi, Septian Adeputra, menjelaskan bahwa festival ini melibatkan masyarakat pesisir dan kepulauan yang menyelenggarakan berbagai kegiatan seperti lomba mancing, puisi, teater, dan akustik dengan panggung boneka yang didukung oleh masyarakat sekitar. "Harapan kami agar reklamasi ini tidak ada, karena kita di sini untuk menjaga kelestarian alam," tegas Septian.
Restin Bangsuil, seorang masyarakat dan pegiat pariwisata Karangria, menyatakan, "saya juga adalah pegiat pariwisata untuk pantai Karangria, sangat tidak menerima akan segala kegiatan tentang Reklamasi, karena reklamasi mempunyai dampak yang sangat tidak baik, dan Reklamasi itu sangat membunuh ruang hidup para nelayan dan masyarakat pesisir.”
Aksi "Hela Soma Dampar" yang dilakukan oleh masyarakat nelayan sekitar untuk membuktikan masih adanya populasi ikan di pantai Karangria menjadi penutup acara ini.
"Kalau dalam sebutan lokal ini Soma dampar, jadi jaring yang dilepas dari ujung satu ke sebelahnya, baru ditarik bersamaan dari kedua ujungnya sampai ke arah pantai. Saya sudah 58 tahun, saya (saat masih) anak-anak saja itu sudah berlangsung," ujar Piter Sasundame, seorang warga lokal.
Festival Suara Masyarakat Pesisir dan Kepulauan Manado ini diselenggarakan untuk mengenalkan kedekatan masyarakat dengan pantai sekaligus menjadi wadah bagi mereka mengekspresikan keresahan terhadap isu reklamasi pantai utara Kota Manado. (Ajl)