Peluncuran buku yang memotret legacy Olly Dondokambey selama dua periode memimpin Sulut tersebut berlangsung meriah.
Sejumlah tokoh penting hadir. Ada Dirut BNI Royke Tumilaar, politisi TB Hasanudin, CEO Tribunnews Dahlan Dahi, Wartawan senior J Osdar, para kepala daerah dan penjabat kepala daerah se- Sulawesi Utara (Sulut).
Hadir pula politisi Sulut seperti Michaela Paruntu, Sekretaris Daerah Provinsi (SSekprov) Sulut Ir Steve Kepel dan para kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulut serta tamu undangan lainnya.
Acara dibuka megah lewat penanyangan video dokumentar tentang perjalanan hidup Olly Dondokambey. Kemudian berlanjut dengan sambutan Dahlan Dahi. Disusul sambutan Olly Dondokambey.
Puncak acara adalah bedah buku yang dilakukan oleh Royke Tumilaar, J Osdar serta Staf khusus Dino Gobel. Debat dipandu News Anchor Kompas TV Friska
Clarissa.
Dahlan dalam sambutannya menggarisbawahi tentang politik di mata Olly Dondokambey sebagai sarana keselamatan.
"Pak Olly mengelola politik dengan cara pandang relasi antara manusia dan manusia dan manusia dengan Tuhan untuk membawa kesejahteraan masyarakat," katanya.
Sementara Tumilaar menyebut Olly sebagai tokoh yang humble. Hal itu membawa Olly pada Network yang luas dan itu memungkinkannya melakukan hal yang mustahil.
Sementara J Osdar menyebut Olly mampu mencapai keseimbangan antara idealisme dan pragmatisme. Osdar termasuk tokoh yang dekat dengan Olly.
"Tapi banyak hal dalam buku ini mengejutkan saya," katanya.
Dino Gobel mengatakan, banyak kejaiban yang ia rasakan dari sosok Olly Dondokambey. Dirinya membagi testimoni.
"Contohnya waktu saya di utus pak Olly ke Cina, saat itu disodorkan beberapa destinasi wisata di Indonesia. Pelaku usaha Cina mengatakan ingin Sulut dan ingin mengenal Olly Dondokambey, saat Covid lalu justru di Sulut berlangsung pembangunan Hotel Luwansa dan hanya dalam tempo 9 bulan," katanya.
Menurut Dino, hal yang menarik dari buku itu adalah nilai yang ditinggalkan Olly Dondokambey.