Berdasarkan analisis dinamika atmosfer, terpantau berbagai fenomena atmosfer yang mempengaruhi cuaca di wilayah Sulawesi Utara antara lain nilai anomali OLR (Outgoing Longwave Radiation) menunjukkan anomali negatif dan spasial Gelombang Low Frequency yang cenderung persisten dan diikuti dengan Rossby Ekuatorial yang bergerak melintasi wilayah Sulawesi Utara turut memperkuat peningkatan aktivitas konvektif. Serta faktor penunjang lain yaitu potensi terbentuknya pola belokan angin (shearline), kondisi lokal akibat labilitas atmosfer dalam kondisi labil dan kelembaban udara yang tinggi hingga lapisan atas mendukung pertumbuhan awan-awan hujan semakin intens. Kombinasi dari fenomena-fenomena tersebut membentuk kondisi atmosfer yang mendukung terjadinya hujan dengan intensitas sedang-lebat dalam durasi yang lama disertai kilat/petir dan angin kencang.
BMKG mengidentifikasi sejumlah daerah yang diperkirakan terdampak, di antaranya Bitung, Minahasa, Minahasa Utara, Minahasa Selatan, Minahasa Tenggara, Bolaang Mongondow (Bolmong), Bolmong Utara, Bolmong Selatan, Kepulauan Sitaro, Kepulauan Sangihe, dan Kepulauan Talaud.
Kepala Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi Manado, Dhira Utama, lewat rilis mengimbau masyarakat dan pemerintah daerah untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, dan pohon tumbang. Terutama bagi masyarakat yang berada di daerah bertopografi curam, perbukitan, atau wilayah rawan longsor dan banjir.
BMKG juga mengingatkan agar masyarakat terus memantau perkembangan cuaca melalui sumber resmi, seperti situs web BMKG di https://cuaca.bmkg.go.id/, WhatsApp di 0811-4320-0877, serta akun media sosial FB: BMKG Sulawesi Utara dan Instagram: @infocuaca_sulut. Informasi cuaca terkini juga dapat diakses melalui aplikasi infoBMKG.
Dengan peringatan ini, diharapkan masyarakat dapat mengambil langkah antisipatif guna mengurangi dampak bencana dan menjaga keselamatan bersama. (AJL)